HIA DAN SAEMBU (SAEBU)

 HIA DAN SAEMBU (SAEBU)

Oleh : Marselino Fau 

Satu video pendek yang dibagikan oleh Bapak N. D., dimana seorang informan Ama Wati Sadawa memberi penjelasan bahwa sebelum Hia (leluhur orang Nias) meninggal ia berpesan kepada anak-anaknya untuk membuat sebuah patung sebagai penggantinya, patung itu disebut Adu Saembu. Patung Saembu dibuat sebagai salahi mboto Hia (sebagai pengganti diri Hia setelah meninggal). Menjadi pertanyaan apakah informasi ini dapat dipertanggungjawabkan

Hal ini membuat penulis mencari berbagai sumber yang relevan tentang Adu Saembu agar informasi ini mengedukasi. Dalam artikel ini penulis menggunakan acuan penuturan yang berasal dari Gomo (Nias Selatan) yang sudah ditulis oleh yang pernah mendengarkannya, karena Gomo adalah domisili Hia dalam kisah asal usul orang Nias.

Makna Saembu Secara Etimologi

Saembu adalah kata yang berasal dari bahasa Nias, Arti kata saembu dalam kamus bahasa Nias – Indonesia, 1985 adalah sebagai perhiasan pada kepala atau sebagai mahkota. Sundermann, 1913 seorang misionaris yang menulis dalam buku bahasa Nias, saembu dapat dipahami dalam kata manaembu yaitu een Kopftuch (saembu). Menurut Pastor Johannes, (18 Maret 2025) een Kopftuch adalah kain yang dipakai oleh wanita. Jadi saembu dapat diartikan sebagai penutup kepala yang dipakai oleh wanita.

Pengertian saembu dari kamus bahasa Nias – Indonesia maupun dari Sundermann serta penjelasan dari Johannes maka kata saembu identik dengan wanita karena yang suka mengenakan perhiasan dan penutup di kepalanya adalah kaum wanita. 

Saembu Menurut Penuturan Lahusa-Gomo

Seorang penutur dari Lahusa – Gomo, Ama Zaro Baene lahir tahun 1928, memberi penjelasan bahwa adu Saembu adalah patung seorang ibu. Saembu ana’a artinya mahkota (rai) yang dikenakan di kepala sebagai lambang lakhömi (kemuliaan). Informasi ini dikutip dari buku Hikaya Nadu, Johannes M. Hämmerle, 1995. Saembulah (ditulis saebu) yang meminta kemuliaan Lowalani, Schröder, 1917.

Mite yang didengar oleh Schröder, 1917, di Sifalagö Gomo, Hia tidak sendirian, tetapi tidak jauh dari kediaman Hia ada kediaman Saembu (ditulis Saebu). Konon, Saembu ini ada karena Hia takut kepada bekhu (hantu) yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu, ia meminta kepada ayahnya, Lani Sagörö atau Lani Sabulua, untuk mengirim seseorang yang dapat menjauhkan dirinya dari roh-roh jahat. Oleh karena itu Saembu diutus untuk mengusir mereka. Mite ini memberi informasi bahwa Saembu adalah utusan Lani Sagörö yang bertugas mengusir bekhu (hantu) agar tidak mengganggu Hia. Saembu bukanlah pengganti Hia.

Menurut Ama Zaro Baene patung Hia dinamakan Adu Hia. Tinggi patung itu 2,5 depa dan lingkaran badannya sepelukan. Patung ini ditempatkan dalam satu rumah yang disebut osali mbörö nadu ditempatkan di tengah antara tawolo dan föröma yang disebut famagolö.

Namun pada buku yang sama buku Hikaya Nadu, pada hlm. 231 ada yang disebut Adu Saembu yaitu untuk Azu Cuha Mbubu dan pada hlm. 341 adu Saembu disebut juga untuk adu Ndaölö dan Siraha Ndaölö, penutur tidak mengerti mengapa disebut adu saembu. Pada hlm. 622 dijelaskan patung laki-laki disebut saembu karena patung itu memakai topi.

Dari keterangan-keterangan ini, saembu memiliki arti sebagai penutup kepala yang dipakaikan pada patung laki-laki maupun perempuan. Di Nias Selatan kata ini lebih mudah dimengerti karena laki-laki yang menggunakan penutup kepala disebut molaeru yaitu kain penutup kepala yang ujungnya mengecil (aeru). Sehingga kata manaebu lebih identik dengan wanita.

Osali Saebu. Sumber, Schröder, 1917

  

Osali Hia. Sumber, Schröder, 1917

Dari foto  dan keterangan-keterangan di atas membuktikan bahwa patung Saembu bukanlah sebutan untuk Hia sebagaimana yang dituturkan oleh informan pada video pendek yang dibagikan oleh Bapak N. D., yang mengatakan bahwa patung Hia dinamakan patung Saembu yang dibuat sebagai salahi mboto Hia. Tempat ini (seperti terlihat dalam foto) memperlihatkan perbedan Hia dan Saembu yang disebut osali mbörö nadu satu untuk patung Saembu dan satunya untuk patung Hia (Schröder, 1917). Patung Hia kita lebih kenal dengan dengan sebutan Hia walani adu.      

Saembu dalam budaya Maenamölö

Di Nias Selatan wilayah Maenamölö, patung Saembu adalah sebutan untuk patung seorang ibu yang cantik jelita. Patung ini digunakan pada saat perayaan Famatö Harimao. Menurut A.F. Hondrö (Ama Waigi) informan Johannes, 1986 dari Onohondrö mengatakan ”Sambua nadu Saembu malafasa baewawö hulu Harimao” artinya sebuah patung Saembu diletakkan di punggung Harimao. Schröder mengatakan patung  tersebut menggambarkan seorang wanita, dan dia disebut Saebu; dialah yang meminta lakhömi  (kemuliaan) dari Lowalani.

Adu Saebu. Sumber Hikaya Nadu

Kata saembu akan lebih mudah dimengerti maknanya pada pedang dimana sarungnya disebut saembu (femininitas) sedangkan isi pedangnya simbol maskulinitas.

“Budaya adalah jati diri kita”, Salam Lestari.


Daftar pustaka :

  1. Sundermann, Heinr, Niassische Sprachlehre, 'S-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1913.
  2. Schröder, E.E.W. Nias, Ethnographische, Geographische en Historische Aanteekeningen en Studien, E. J. Brill, Leiden, 1917
  3. Z. Laiya Stasi, dkk., Kamus Nias Indonesia, Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan, 1985.
  4. Hämmerle J. M., Famatö Harimao, Museum Pusaka Nias1986.
  5. Hämmerle J. M., Hikaya Nadu, Museum Pusaka Nias1995.

1.     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Raja Bermata Satu Si “De Verdrijver der Hollanders” dan Meriam Perjuangan Orahili

Bawömataluo, “Negeri Sejuta Nama dan Makna”

TOLÕGU DI ALAM PEMIKIRAN NIHA RAYA